Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Selasa, 13 Juli 2010

Uang


Saya punya suatu cerita, sebenarnya ide untuk membuat cerita ini baru saja terbesit beberapa menit sebelum saya mulai untuk mengetik cerita ini. Tanpa paksaan, tanpa dorongan dari siapapun. Selamat membaca, semoga enjoy dan terima kasih telah mulai membaca note saya.

Seorang anak, sebutlah namanya David, adalah laki-laki yang memiliki orang tua bernama Joko dan Susi. darah Jawa dan Palembang mengalir dalam diri David. Mungkin anda aneh mengapa namanya David, bukan ? Simpel saja, ternyata dia dilahirkan di London, Inggris. Atas dasar itulah, sang ayah memberi nama David agar terkesan bahwa David adalah anak yang memiliki dua-paspor.

Ayahnya yang merupakan seorang pialang minyak terkemuka di Indonesia tentunya menjanjikan kita semua bahwa pastilah David seorang anak yang kaya raya. Ibunya seorang sekretaris di perusahaan telekomunikasi di Jakarta.

David sejak kecil terbiasa melihat ayahnya mengendarai Harley-Davidson, mo-ge keluaran Amerika Serikat. Setidaknya 1-1,5 bulan sekali sang ayah pergi dengan mo-ge nya itu bersama kawan satu gank nya. "Ayah, kapan David bisa seperti ayah ?". David melontarkan pertanyaan ini ketika berumur 9 tahun. Sang ayah menjawab, "Haha, David, seperti ayah apanya ? Ayah kan biasa-biasa saja..". "Ituloh, seperti ayah naik motor gede itu tuh. Kayaknya keren...". Sang ayah menjawab lagi, "Nanti David, kalau kamu sudah besar dan gagah, kamu boleh deh nyobain bawa motor ayah. Ok ?". David pun menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Ia sangat yakin kalau ayahnya sangat sayang kepadanya.



Ketika David berumuh 15 tahun, ia telah tumbuh menjadi anak remaja yang gagah dan rupawan. Konsumsi gizinya yang bagus pun menjadi faktor bahwa ia terlihat lebih sehat dan atletis di banding teman-teman sebayanya. Ia pun memberanikan diri menanyakan hal yang dulu dijanjikan oleh ayahnya. "Ayah, sekarang kan aku udah gagah nih udah keren, boleh gak cobain motornya ?". "David, kamu memang sudah besar, tapi kamu belum punya izin untuk naik motor. Kamu belum dewasa, nak...". David membalas, "Ayah, ayah dulu janji sama David, kalo David boleh naik motor ayah kalo udah besar kan ? Bukan kalo udah punya izin.".

Ayah nya pun berfikir, yah tiada salahnya kan bagi dia untuk bisa dan mencoba. Sejak saat itu, David sangat senang memakai motor ayahnya, terutama untuk hang-out dan segala aktifitas lainnya.

Sekarang, David berumur 18 tahun. David telah memiliki izin untuk motor, juga mobil. Ia pun meninggalkan motor ayahnya, dan mulai menggunakan mobil kemana pun ia suka. Mazda RX-8 kelir putih menjadi andalannya sekarang.

Sang ayah, yang selalu meperhatikan perkembangan anaknya, mulai tidak mengizinkan David untuk memakai kendaraan seenaknya, kemanapun ia suka. Kemudian, sang ayah membelikan si anak sebuah mobil mini buatan Cina, yang merek-nya sama sekali belom terkenal. Mobil itu merupakan produk dari sebuah perusahaan yang menjadi rekanan perusahaan ayahnya. Walau belum terkenal dan teknologi Cina yang dinilai orang mudah rusak, pada kenyataannya mobil tersebut cukup handal dan irit. Setidaknya untuk di dalam kota.

David tidak habis pikir dengan keputusan sang ayah, ia pun memberontak dan mempertanyakan keputusan sang ayah dengan keras. "Ayah, kenapa sih ga boleh ? Teman-teman aku aja semuanya naik mobil yah !". "Terus kenapa ? Kamu juga kan sudah ayah belikan mobil, apa bedanya ?". David menjawab lagi, "Ya, iya sih, tapi aku mau pake yang lama aja, ayah aja pake yang baru kan itu maunya ayah !" Ayahnya pun tersenyum sedikit, lalu menjawab. "David, memang kenapa dengan mobil baru ? Kamu merasa malu dengan mobil kecil itu ?". David hendak menjawab, tapi, "Nak, sesuatu yang tidak perlu kita lakukan, sebaiknya tidak kita lakukan. Berbangga hati dengan kekayaan bukanlah sesuatu yang baik..."

"Dulu motor ayah kamu pakai terus, sampai ayah beli mobil baru, kamu tinggalin terus kamu pake mobil baru itu. Bukan berarti ayah tidak senang. Tapi kamu harus belajar untuk hidup sulit."

David pun kecewa, "Ngapain, kita kan alhamdulillah mapan yah, ayah sukses seperti ini jadi ya alhamdulillah kan ?!". "Nak, memang indah rasanya hidup bergelimang dengan harta, beruntung kamu sejak lahir susah terbiasa seperti ini... Tapi apa kamu bisa pastikan, apa yang sekarang kamu pinjam dari ayah ini bisa kamu dapatkan dengan keringat mu sendiri ?"

David pun diam.

"Nak, seberuntung-beruntung nya ayah, paling lama umur ayah tidak sampai 30-40 tahun lagi dari sekarang. Selama itu, kamu baru akan mencapai umur 48 tahun, kan ? Apa kamu yakin bisa mendapatkan apa yang kita miliki sekarang ?"

David pun terus diam, dan tersirat di wajahnya bahwa ia mulai berfikir 'Apa aku bisa ?'

"David, ayah cuma ingin kamu tidak merasa hidup di atas angin terus. Ada kala kita akan merasa dibawah. Untuk ayah, ayah merasakan itu ketika kecil, lalu ayah berusaha dan akhirnya seperti saat ini. Lalu, apa kamu tidak berfikir bahwa ada kemungkinan kamu merasakan hidup dibawah ketika ayah sudah tiada ?"

David, yang saat percakapan ini sudah rapi ingin berangkat ke pesta ulang tahun temannya, mulai memikirkan untuk tidak jadi berangkat. Ia memeluk erat ayahnya, "Ayah, maafkan David. David janji apa yang telah ayah buang dan hamburkan untuk David, akan menjadi suatu nilai positif untuk David. David janji..."

"Ya nak, ayah selalu doakan. Ingat, tidak ada gunanya nak untuk berbesar hati dan berbangga diri tehadap apa yang belum kita miliki sendiri...." ujar sang ayah menutup pembicaraannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar