Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Minggu, 07 Agustus 2011

8erusaha

Anggap saja saya memiliki lima saudara yang bisa dibilang seumur. Well, rentang usia antara SMA hingga mahasiswa agaknya bisa di bilang sungguh rata. Singkat cerita, mereka akhir-akhir ini sering ngajakin main billiard (Aduh, menurut saya kalo pake istilah 'nyodok' itu sungguh ambigu sekarang-sekarang ini).


Saya sendiri sebenarnya tidak begitu pandai dalam olahraga yang satu ini. Bisa dibilang saya penganut paham 'Asal kena', bukan 'Harus masuk'. Sebelum game pertama, jujur aja saya lupa aturan mainnya! Ada lebih dari satu tahun gak megang stick, membuat saya harus kembali dijelaskan apa yang dinamakan 'Bola Delapan'.


Game ini mengharuskan kita untuk memasukan bola nomor delapan ke dalam enam lubang yang tersedia di setiap sudut meja, namun dengan syarat harus menghabiskan bola nomor-nomor lainnya terlebih dahulu. Singkat cerita, memasukan bola nomor delapan tidak pada waktunya membuat kita kalah dan kehilangan segalanya.


Dan memang bodohnya saya, hari itu saya melakukan hal yang mencetak kekalahan pertama sore itu. Bola delapan masuk sarang dengan cepat.


Pikir saya (sembari mengelak atas kebodohan saya soal aturan permainan dan melakukan pembelaan mati-matian) kalo memang bisa mencetak goal dengan cepat, buat apa berlama-lama mengurusi bola lainnya?


Tiga detik berselang, saya berniat menulis notes sok-bijak ini. Maaf jika tiga detik terlalu lama, tapi saya bisa pastikan tiga detik itu adalah sebuah proses yang tercipta alamiah.


Lupa kah kita semua akan arti dari 'proses'? Alhamdulillah saya hanya lupa hal tersebut selama tiga detik lamanya. Terlepas dari kenyataan dimana aturan game tersebut memang telah demikian adanya, dan hidup yang baik mengajarkan saya untuk mematuhi segala peraturan yang ada, aturan ini mengajarkan kita bagaimana melakukan sebuah 'proses' dan 'berusaha'.


Studi kasusnya: Mari pikirkan oleh Anda. Pemenang game ini adalah siapapun yang memasukan bola delapan paling cepat dan tepat waktunya. Artinya, pemenang adalah dia yang dapat memasukan bola delapan setelah seluruh bola nomor lainnya hilang dari meja. Adakah aturan bahwa sang pemenang haruslah orang yang memasukan bola terbanyak? Adakah constraint yang mengatakan bahwa ia tidak dapat menjadi seorang pemenang apabila hanyan mampu memasukan bola delapan di saat-saat akhir?


Tidak. Dan menurut anda, lebih jago manakah seseorang yang mampu menuntaskan seluruh bola selain bola delapan, lalu terpeleset dan gagal menuntaskan bola delapan, dan sang lawan menjadi pemenang karena bola delapan masuk oleh sodokan stick nya?


Hidup memang kejam. Bila game itu mempertaruhkan gelar juara dunia, tentu orang kedua tetaplah yang juara. Apakah itu adil?


Aturan tetap aturan. Tidak bisa dikondisikan bila memang takdir yang mengatakan demikian. Namun, secara pribadi jelas saya lebih menyukai orang pertama, walau ia menjadi pecundang di hadapan si piala dunia. Saya rasa juga banyak spectator diluar sana berpendapat demikian, bahkan juga mungkin anda yang membaca cerita ini.


Hoki? Ya, sebagian dari manusia berpendapat bahwa keberuntungan adalah bagian dari kemampuan. Boleh jadi saya pun adalah orang-orang yang setuju dengan pemikiran seperti ini, tapi bagaimanapun juga keberuntungan itu tidak akan pernah menjadi bagian dari usaha, kan? Ingat-ingatlah tokoh bernama Untung dalam komik Donal Bebek yang mungkin menjadi santapan anda sebelum beranjak remaja dan dewasa dahulu kala.


Terkadang kita memang terlena dengan segalanya di luar apa yang dinamakan usaha. Hal ini tidak hanya dapat terilustrasikan dalam cabang olahraga billiard.


Sudah lama saya mengharapkan adanya penghargaan yang setara terhadap mereka para top-assist dengan para top-scorer dalam cabang olahraga sepakbola, karena tidak selamanya goal legendaris aksi individu Maradona ke gawang Inggris itu lebih keren daripada dua assist Beckham untuk Ole dan Sheringham ke gawang Muenchen tahun 1999.


Idealisnya, berusaha adalah sebuah kewajiban, dan proses adalah sebuah rangkaian yang menciptakan kehidupan. Berusahalah, toh teori Newton III yang mengatakan "Aksi = Reaksi" masih berlaku, kan?