Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Kamis, 09 Desember 2010

Kesempurnaan


Saya yang menulis ini bukanlah seorang remaja pintar agama, tapi saya beragama dan senantiasa mempelajarinya. Dia yang memberi inspirasi pertanyaan pada saya pun adalah makhluk yang ‘mirip-mirip’ dengan saya. Entah, malam itu terucap beberapa pertanyaan mengenai Tuhan, yang saya simpulkan masuk dalam katerogi bahasan Filsafat Theis.


Saya lupa apa yang tengah kita bicarakan, hingga logika menyambar ke sebuah kalimat.


H : Sal, kenapa ya Tuhan nyiptain kitab gak cuma sekali? Katanya sempurna, tapi kitab kita tuh kitab penyempurna. Berarti sebelumnya tuh ga sempurna kan? Buat apa diciptain yang ga sempurna dulu? Kan ajarannya jadi beda-beda


I : (Ngasal) Ya biar setan ada kerjanya kali? Hahahaha


Setelah itu, masih banyak rundingan mengenai jawaban yang tepat dari pertanyaan itu. Kami memang belum mengecek apakah hal ini dapat terjawab ataukah memang sebuah pertanyaan yang tidak pantas dilontarkan, seperti, “Kenapa Tuhan Islam namanya Allah SWT?”


Saya, tepatnya kami, tidak sampai pada sebuah titik temu dimana bisa menjawab pertanyaan yang ada diatas. Kami berasumsi bahwa bila hanya ada satu kitab, pasti tidak akan ada perbedaan asal usul agama bukan? Hanya satu agama yang benar, tetapi dengan adanya penurunan kitab hingga lebih dari satu kali membuat perbedaan paham diantara para manusia, dan hal ini sudah pasti terjadi karena manusia memiliki akal yang luar biasa.


Lalu lahir lah pertanyaan kedua,


I : Kenapa ya definisi makhluk paling sempurna itu ada pada manusia?

Semua orang bisa jawab, karena manusia memiliki akal, nafsu, hati nurani, perasaan, dan sederet sifat sifat lainnya yang dimiliki oleh setiap manusia normal. Yang jadi pertanyaan sebenarnya, “Mengapa bila memiliki sifat sifat tersebut, digolongkan sempurna?”


Di dunia ini, ketika seorang wanita mendeskripsikan pria dambaannya, pria yang perfect menurutnya, pasti mereka menyebutkan kata kata diantara ini : ganteng, baik, sabar, dewasa, sopan, penyayang, soleh, pengertian, tajir, dan lain lain


Memang preferensi setiap orang tentunya akan berbeda, dan pasti tidak semua preferensi setiap orang telah disebutkan oleh saya diatas. Tapi, satu hal yang pasti, tidak satupun sifat negatif akan disebutkan di atas.


Ganteng adalah positifnya dari jelek, begitu pula soleh dengan kafir, ataupun sabar dengan pemarah.


Sederet hal ini lah yang dalam logika manusia dikatakan sebagai ‘sempurna’. Lalu kenapa definisi manusia itu makhluk ‘paling sempurna’ berlaku, padahal dengan segala kemampuan manusia itu mereka dapat terjerumus dalam ‘ketidaksempurnaan’, benar?


Hal ini juga dipertanyakan oleh Goenawan Mohammad dalam bukunya, ‘Tuhan & Hal-Hal yang Tak Selesai. Sebuah buku yang memuat 99 hal yang ‘tidak terselesaikan’ atau ‘tidak diselesaikan’ oleh Tuhan, yang seolah nyepet (nyindir) 99 Asmaul Husna. Dalam bagian ke 43, beliau bercurah mengenai manusia, ciptaan yang di dalamnya terkandung ‘sesuatu yang gagal

Bagian ini diakhiri dengan kalimat, “Artinya Ia tidak pernah selesai dengan manusia. Mungkin Ia tak pernah puas. Ia mencintainya tapi harus menyaksikan cacatnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar