Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Rabu, 01 Desember 2010

Beruntung, Ber-untung

Seminggu yang lalu, jam menunjukan pukul 23.30, dan ketika sedang asyik making work-shit (worksheet) dan Uber-uberan (Twitter), muncul sebuah tweet dari seorang kawan yang nge-spam di otak gue.

“Coba lebih beruntung hidup gue kaya temen temen gue”

Dalam pikiran saya, kenape juge nih anak biasanya selalu banyak komentar banget sama segala tweet-tweet orang, sampe males deh kalo ini anak muncul, tapi malem ini kok kayaknya beda...

Saya sempet mikir, jangan-jangan ini orang cuma mau ngeramein timeline-nya aja, biar banyak di re-tweet sama followers-nya, biar ga ngantuk, atau biar apa kek dah bisa macem-macem alesan buat hal sepele beginian. Whatever lah, mau dia jungkir balik juga saya gak peduli. Tapi ini membuat saya berpikir, “Sebenarnya apa sih yang dimaksud beruntung?”

Sejauh ini, hampir semua note yang saya buat selalu aja nyerempet sama sesuatu yang berbau kehidupan, nasib, pencarian jati diri, curhat, dan lainnya. Tentang sukses yang udah sampe edisi 3, dan saya kembali menemukan suatu fakta untuk dicari intinya. Keberuntungan.

Seorang guru saya di zaman SMA pernah berujar, “Orang yang pintar itu kalah dengan orang yang beruntung.” Saya pikir, ada benarnya juga, bahkan banyak! Orang yang pintar, belajar, berusaha memperbaiki dirinya dari hari ke hari mungkin akan kalah dengan seseorang yang beruntung pada saat hari penilaian, yang tidak menghiraukan aspek aspek perjuangan.

Kalah di mata dunia, tapi tidak di mata Pencipta.

Itu merupakan jawaban yang tepat menurut saya, karena Pencipta saja menguraikan proses bagaimana penciptaan langit dan bumi, bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Kuasa itu mengabaikan proses proses pencapaian suatu tujuan?

Mungkin bila anda ingin berdebat dengan mereka yang menurut anda ‘beruntung’, berujarlah, “Keberuntungan memenangkan anda dalam persaingan, tapi tidak memberi anda kemampuan untuk menyerang dan bertahan”. Dengan keberuntungan, tanpa usaha, dari sononya udah mendapatkan sesuatu yang ‘lebih’ dari orang lain. Sesuatu yang mungkin menjadi impian dan cita-cita sebagian kalangan.


Ada kalanya ketika anda merasa telah berusaha semaksimal mungkin, namun anda tetap tidak dapat memutar balikan fakta bahwa pada akhirnya anda (misalnya) kalah dari seorang rekan yang sepengetahuan anda tidak berusaha dengan maksimal. Bahkan, mungkin anda adalah pihak yang sering menjadi pihak kedua, dimana anda ‘merasa beruntung’ karena unggul dengan mereka mereka (para pesaing anda) yang anda sendiri yakin dalam hati bahwa usaha saya tidak ada apa-apanya dibandung usaha mereka. Benar?

Ketika anda menjadi pihak yang berani mempertaruhkan tenaga anda untuk berusaha demi suatu tujuan dan berhasil, maka sewajarnya anda berujar bahwa, “Alhamdulillah, itu rezeki saya.”

Namun bila ada menjadi pihak kedua, dengan enteng, ringan, dan wajah berseri anda berteriak, “Hoki gue!”

Beruntung memang abstrak untuk dijelaskan, karena entah darimana datangnya. Tuhan? Saya pikir tidak, karena Tuhan memberi kita rezeki, bukan ‘hoki’.

Beruntung menjadikan anda ada dalam posisi ber-untung, memiliki keunggulan lebih satu tingkat diatas orang orang disekitar anda. Benarkah? Benar, bila anda terus menerus melihat ke bawah. Dan anda akan merasa tidak beruntung, bila anda terus menerus melihat keatas.

Saya jadi ingat kata-kata senior saya, Deri, Ketua Angkatan 2006 IESP Unpad, yang berujar bahwa dalam hidup itu dibutuhkan apa yang namanya ‘keseimbangan’. Dalam konteks ini saya artikan, lihatlah semua yang ada di sekeliling anda, lalu tentukan ada dimana posisi anda sebenarnya sekarang ini.

Namun, kebohongan besar bila saya mengatakan bahwa tiada manusia yang mengininkan keberuntungan dalam hidupnya. Maka, selesaikanlah segalanya dengan ucapan syukur pada Tuhan. Niscaya akan melegakan dan melunturkan pandangan bahwa “Saya tidak lebih beruntung dari dirinya” dan memberikan anda modal awal spirit “Saya bisa lebih baik darinya”

2 komentar:

  1. segala sesuatu yang telah kita miliki itu sudah kehendak Allah. Allah tau mana yang terbaik untuk kita, tapi yang namanya manusia ada kalanya rasa ketidakpuasan itu muncul. jadi ya mereka menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih untuk menjadi yang lebih baik

    BalasHapus
  2. baru baca ini, nice writing sal.

    BalasHapus