Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Kamis, 09 September 2010

Imej, Si Penggantung Kesuksesan


Imej, atau mungkin kamus besar bahasa indonesia menyebutnya sebagai ‘sosok yang memiliki sesuatu’ memiliki peran dalam kehidupan anda. Ketika kata ‘tampang’ lebih didefinisikan sebagai sesuatu yang tercitra dari penampilan fisik, maka ‘imej’ mencakup lebih jauh dari segala yang dimiliki oleh ‘tampang’. Menurut anda, seberapa besarkah peran penting sebuah imej dalam kesuksesan anda?


Imej tidak dapat didefinisikan sebagai ‘sosok’. Imej bukan juga diukur dari kemampuan akademisnya, maupun kemampuan lainnya. Satu kata yang paling pas untuk menggambarkan imej ialah ‘daya tarik’. Entah dari apa imej itu tercipta, dan entah apa alasan yang membuat publik terpikat akan imej tersebut, imej tetaplah imej. Sesuatu yang terkadang membuat anda merasa ‘si dia pantas kutunggu’ tanpa perlu mengecek history-nya bahwa ia ternyata adalah seseorang yang selalu ngaret. Walau imej rentan akan kehancuran bila tidak sejalan dengan apa yang dikerjakan.


Contoh, seorang teman dengan status anak guru matematika SMA akan membuat anda memiliki sedikit rasa percaya yang lebih untuk menanyakan pr matematika anda kepadanya, sekalipun anda baru kenal dan belum pernah melihat bagaimana dia mengerjakan soal matematika.


Terinspirasi dari Barry Likumahuwa Project (BLP) setelah saya menonton performa live nya di acara TOP FORESTIVAL SMA NEGERI 1 BOGOR dan beragam seminar yang saya ikuti dengan rasa pegal dan menghabiskan banyak uang dalam ospek jurusan serta universitas di Bandung, saya merasa imej semakin melekat dalam nilai jual anda untuk menorehkan kesuksesan dalam hidup.


Secara pribadi, saya tidak menganggap Barry Likumahuwa Project adalah komplotan yang menyajikan musik dengan menarik. Musik yang mereka suguhkan terkesan melankolis, and sometimes i think those music only compatible with you who have ‘jazzy brain’, dan saya tidak memiliki itu. Beberapa rekan saya pun setuju bahwa ‘selera’ memiliki posisi yang tidak dapat diganggu gugat dalam kehidupan anda. Mungkin hal itu melekat natural dalam diri anda, setelah berbagai proses pembentukan diri yang anda lewati.


Hanya saja, BLP menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari ratusan band lainnya. Sesuatu yang tidak mudah untuk diikuti oleh anak band kemarin sore yang memenuhi chart acara Dahsyat serta Inbox di televisi. BLP memiliki ciri khas, dan itulah apa yang dikatakan sebagai imej yang menjual.


Toh, Barry Likumahuwa sebagai pentolan band tersebut bukanlah seorang vokalis utama sebagaimana berlaku dalam segelintir band lainnya. Contoh, Peterpan yang dikenal dengan Ariel. Padahal, seorang musisi dari grup band Nidji pun ada yang bernama Ariel. Barry memiliki ‘Likumahuwa’ yang telah menjadi nama besar yang menjual dalam industri musik, sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap imej band itu sendiri. Sesuatu yang ‘dieksploitasi’ oleh BLP untuk kesuksesan bersama. Saya tidak mengatakan bahwa komplotan itu tidak akan sukses bila bernaung dibawah nama Barry Lamongan Project (misal), namun kemudahan untuk mencapai prestasi yang sama akan lebih sulit dengan nama jual tersebut, apalagi tanpa personil ‘Likumahuwa’ disana. Hal yang sama mungkin terjadi dalam Andra and The Backbone dan Bondan & Fade2Black


Seperti dalam paragraf 3, imej pun mempengaruhi penilaian pertama orang lain terhadap diri anda sendiri. Bagaimana anda akan interest mendengarkan sebuah seminar mengenai kesuksesan apabila yang berbicara di depan terbata-bata, meskipun benar sepenuhnya dalam history tercatat bahwa ia memang orang yang sukses?


Industri industri besar di Amerika dan Eropa diketahui memiliki tenaga wanita yang bergerak dalam bidang public relation. Mengapa? Wanita yang menarik memiliki nilai jual yang sangat tinggi dalam bidang komunikasi, tentu bila di dukung dengan soft-skill dan intelektualitas yang kuat. Bukan berarti dunia tidak membutuhkan para pria gagah untuk berdiri dan berbicara lantang mewakili perusahaannya dalam presentasi-presentasi internasional, tetapi itulah tren yang ada. Imej wanita sebagai makhluk yang menarik mendominasi disini.


Juga imej dokter sebagai sosok yang spesial. Sampai sampai dokter umum pun selalu dipanggil ‘dok’. Hal tersebut Tidak berlaku pada para akuntan, bahkan seorang profesor sekalipun tidak jarang hanya dipanggil ‘pak’. Memang bukan hal yang begitu penting untuk diperbincangkan, namun semua itu menyangkut pada prestise setiap individu, yang menjadi imej tersendiri.


Banyak contoh kesuksesan manusia dari berbagai kalangan dengan imej yang mereka miliki. Tentu tidak mutlak bahwa imej menjadi tolok ukur utama yang membuat mereka merasakan kesuksesan, tetapi peranan penting telah dilakukan imej tersebut sebagai pendukung utama kesuksesan.


Megawati Soekarnoputri dengan statusnya sebagai anak bapak proklamator Indonesia memiliki imej sebagai ‘seseorang yang akan mengembalikan kejayaan Indonesia sebagaimana sang ayah’. Atau mungkin imej seorang bapak yang sukses, maka ketika anda berdiskusi mengenai kesuksesan dengannya disaat makan malam keluarga, beragam kata yang keluar dari mulutnya akan senantiasa terngiang dalam telinga anda dan merasuki jalan pikiran anda.


Saya memiliki cita cita untuk sukses, dengan definisi memiliki hidup mapan dan senang, banyak teman dan rekan, hidup tenang tidak selayaknya dikejar hutang, dan juga aman dari segala ancaman. Maka saya percaya bahwa sukses tidak bergantung pada imej, tapi imej dapat menggantung seberapa besar torehan kesuksesan yang akan anda capai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar