Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Sabtu, 13 Oktober 2012

Asal


Sebenarnya, ada sedikit kesombongan dalam diri saya. Aib ini mungkin merupakan dosa yang sejujurnya memiliki efek positif bagi pribadi, khususnya motivasi diri sendiri. Beberapa tahun silam, sekiranya akhir penghujung SMA, saya mulai berfikir untuk kembali menulis sebuah diary. Ya, diary, sebuah buku rahasia yang identik dengan kecengengan anak perempuan di berbagai masa. Walau rasanya sungguh sulit menemukan diary seutuhnya di zaman tablet seperti hari ini.

Saya coba, namun tidak bisa. Menulis tidak lagi simpel bagi saya, entah kenapa. Sensasinya bergeser ke dunia juru ketik. Sebuah desktop nan kolot di rumah menopang asa saya untuk dapat 'menulis' dan menampung isi diri saya ke dalam sebuah layar sinar yang datar.

Lahirlah beragam notes mengenai kehidupan. Segala tetek bengek kehidupan saya tumpahkan membanjiri isi blog. Kemudian beberapa teman yang beragam memberikan pandangan yang mengambarkan pemikiran mereka mengenai banjir yang telah saya tumpahkan. Sebagian besar berkata bahwa, "Ah tulisan lo berat banget bahasanya, pusing bacanya". Namun sebagian besar dari mereka itu pula yang seringkali memotivasi saya untuk terus menulis, bahkan membuat buku dari kumpulan tulisan saya yang tidak seberapa. Mungkin termasuk cerita yang sekarang sedang saya ketik ini.

Ibu saya, pihak pertama yang berkecimpung dengan jasad saya dari awal saya lahir ke dunia, berkata bahwa menulis merupakan sesuatu yang baik. Paman saya pun berkata demikian. Begitu pula beberapa teman terdekat. Maka hari ini, bahkan di tulisan ini, saya terus memaksakan diri untuk mengetik. Membuat cerita yang tidak jelas arahnya, dan sialnya lagi anda baca, mendingan berenti baca sekarang sebelum nyesel deh ya hahaha.

Kesombongan pun rasanya memesat dalam diri. Mau tau hal bodoh yang seringkali saya paksakan? Saya sangat puas bila dapat mengakhiri kalimat dengan rima yang sama. Pernah belajar puisi kan waktu SD? A-B-A-B sebagai akhiran kata? Dari tulisan pertama yang termuat di blog saya, hal-hal sepele itu dapat anda temukan sedikitnya satu atau dua kalimat.

Namun diluar keterpaksaan ini, saya merasa bersyukur karena mampu menyempatkan diri untuk lebih banyak membaca. Sebagian orang, termasuk saya, percaya bahwa semakin banyak membaca maka anda akan semakin dimampukan dalam menulis, walau hari ini membaca terkadang begitu membosankan, kecuali membaca timeline.

Bagi saya, menulis membutuhkan motivasi yang begitu tinggi, begitu juga dengan membaca. Inspirasi bisa saja datang setiap hari, namun untuk duduk manis dan meluangkan waktu untuk menulis adalah sesuatu yang seringkali hanya menjadi janji manis. Saya pernah (dan masih) termotivasi dengan komentar mereka-mereka yang (mungkin) sering membaca apa yang saya ketik, dan motivasi itu membesar setiap kali saya menyelesaikan tulisan. Entah siapa yang membaca, tapi tulisan itu pasti saya yang pernah menyelesaikannya. Maka, mengapa kali ini tidak bisa menyelesaikan satu tulisan lagi?

Ada yang mau ikut note-ing?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar