Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Sabtu, 03 September 2011

Pengukur (Yang) Sempurna

Dunia menyuguhi kita, para manusia, dengan sederet kenyataan yang nyata, fakta, dan tidak (begitu banyak) rahasia. Dunia, yang sering disempitkan artinya oleh manusia awam sebagai 'bumi', adalah sesuatu yang sebenarnya hampa, dan dibuat penuh serta nyata oleh manusia. Ya, kita.


Dalam arti kecil, mungkin saya bisa menyimpulkan bahwa Bogor adalah dunia saya. Lalu saya berekspansi, dan Bandung pun setahun ini begitu akrab dengan saya. Kecilkah dunia saya? Setidaknya bertambah luas, namun tetap saja saya (masih) buta akan ibukota nusantara, Jakarta.


Sebuah dialog lucu dengan Paman saya malam itu memberi inspirasi untuk menulis sebuah catatan kecil ini. Beliau melemparkan sebuah pertanyaan,


"Sal, kamu tahu apa ukuran kemacetan di Jakarta?"

"Engga"


Oke pembaca, apakah menurut kalian saya ini bodoh? (Sebenarnya apa yang bakal kalian jawab kalo dikasih pertanyaan kaya gitu? Pukul rata, situasinya lagi di lampu merah duaratus-an detik?)


Saya cenderung untuk menjawab tidak tahu, padahal terbesit dalam otak saya jawaban yang sungguh-sungguh sophisticated (bukan sok pinter tapi ini serius!).


Hal pertama yang hinggap dalam jalan pikiran saya, yang hampir diutarakan oleh mulut saya, adalah jumlah mobil dan motor yang luar biasa banyak.


Jawaban itu, bila benar-benar saya utarakan, pasti akan saya jelaskan secara simpel karena tentunya malesin banget berbicara soal kredit motor yang sekarang ini begitu murah, perbaikan mutu jalan yang tidak seimbang dengan jumlah pertambahan kendaraan, pajak yang diselewengin oleh para copy-cat maupun founder Gayus Tambunan, hingga jeleknya moda transportasi umum yang ada.


Namun beliau menjawab, "Pengamen".



Kadang-kadang pengamen memang hanya bekerja di sebuah lampu merah. Namun apakah setiap lampu merah itu menjadi kantor bagi para pengamen? Tidak rasanya. Tentu kalian sadar kan bahwa ada beberapa yang menjadi 'kuburan', dan beberapa yang selayaknya 'pertunjukan orkestra'? Terlepas dari faktor satpol pp dan polisi, tentu keramaian kantor lah yang diincar para 'pekerja suara kemiskinan'. Sebuah ukuran yang nyata dan sempurna, bukan?


Bila pengamen digolongkan sebagai pekerjaan resmi, dan setiap pekerjaan berorientasi pada penghasilan, maka pengamen tentunya akan berusaha mengumpulkan penghasilan sebanyak-banyaknya. Bagaimana? Dengan bekerja pada sumber pundi-pundi mereka. Siapa? Para pengguna lalu lintas yang sedang terhenti mobilitasnya.


Tilik lebih dalam! Dunia yang tidak sempurna ini berarti diukur kesempurnaannya oleh manusia-sang-makhluk-sempurna-ciptaan-Tuhan. Ironis?


Dalam kehidupan, sepertinya benar bahwa kita tidak membutuhkan sesuatu yang rumit dan panjang. Mungkin disini kita bisa sama-sama memahami ulang, mengapa dalam ujian sekolah, guru seringkali meminta jawaban yang singkat, jelas, dan padat. Tilik mulai dari hal ter-simpel dan terjarang ditilik oleh orang lain.


Jadilah seorang yang berbeda, karena kita adalah makhluk sempurna di dunia yang tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar