Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Minggu, 24 Mei 2015

Selamanya Pertama

Sejak awal zaman, manusia selalu memperbincangkan keperawanan sebagai tolok ukur seorang wanita dalam aktivitas seksualnya. Keperawanan seringkali menjadi objek bahasan sosial, yang apapun artinya, bila tidak sesuai dengan umur maupun status sosial, akan menjadi perbincangan positif dan negatif.

Dari sudut pandang guem gue cuma berpikir bahwa keperawanan itu adalah "awal", yang kebetulannya ada pada sesuatu yang seringkali dianggap sakral dalam kehidupan manusia dan agama. Padahal, selalu ada yang pertama, kan, untuk semua hal?

Bahkan yang kedua pun adalah yang pertama

Ketika lahir seorang anak kedua dari keluarga sederhana, maka anak kedua itu adalah "anak kedua pertama" dan "satu-satu nya anak kedua di keluarga tersebut", yang juga menjadi "adik pertama" dari sang kakak.

Ketika Rossi finish di urutan kedua di Le Mans, Prancis, 2015, maka itu adalah "pertama kalinya Rossi finish di urutan kedua di tahun 2015.

Ketika Anda pindah ke kantor baru, baik itu kantor kedua ataupun ketiga dalam karir Anda, maka tetaplah hari pertama kerja Anda akan menjadi "hari pertama bekerja di kantor baru".

Seringkali orang lupa bahwa waktu itu tidak dapat di ulang. Oh, sorry, gue salah: Orang terlampau ingat bahwa waktu tidak dapat di ulang, sehingga mereka melupakan arti dari kata-kata sakti tersebut. Manisnya sesuatu akan hilang ketika seluruh makanan Anda adalah manisan. Tidak terlihatnya gajah di depan muka adalah hal yang biasa apabila memang sudah terlampau dekat dan terlampau sering.

Kealfaan  manusia akan fakta ini seringkali berujung pada penyesalan, yang kemudian disusun dalam suatu kalimat (agak) bodoh: "Penyesalan selalu datang di akhir". Well, menurut saya, tidak akan ada akhir karena segala sesuatu adalah hal pertama dalam hidup. Yang mungkin membalikkan kalimat (agak) bodoh ini mungkin cuma satu: Pembelajaran. Namun, apakah segala sesuatu yang berjalan dalam hidup ini sama persis dengan apa yang dipelajari pada masa lalu? Big no.

Seseorang yang beriman akan bergumam bahwa apabila penyesalan terjadi, setelah melalui best effort (dengan segala prediksi dan teori-teori), maka itu adalah ujian dari Yang Maha Kuasa, dan inilah satu-satunya jalan untuk mensyukuri hidup.

Ketika menghadapi hari, yang harus dilakukan adalah memotivasi diri sendiri bahwa hari ini tidak akan pernah sama dari hari sebelumnya, dimana kita sudah belajar dari hari hari sebelumnya untuk menghadapi hari selanjutnya, sehingga seluruh hal "pertama" akan menjadi debut yang mengesankan kita semua. Siap untuk menghadapi yang pertama?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar