Dunia itu dua suara, tersurat dengan banyak pena kekuasaan

Senin, 08 April 2013

Lekukan Hidup


Kayaknya gak ada di dunia ini yang gak pernah liat pintu. Pintu, lapisan awal dari sebuah sesuatu yang bisa berupa apa saja. Boleh jadi tempat, kamar, ruangan, garasi, gerbang, sampe hati. Pintu menjadi sebuah kunci, dan terkadang emang punya lubang kunci untuk menggunakannya. Ada sih yang gak ada lubangnya, tapi pada intinya tetap saja pintu menjadi ‘lapisan awal’.

Kalo mau masuk kamar pasti buka pintu, soalnya kalo lewat jendela nanti dikira maling. Kalo habis mandi lalu mau ganti baju, biasanya buka pintu lemari. Buat yang satu ini gue yakin banget kalo lemari lo semua pasti ada pintunya. Gak ada yang suka baju atau celana lo di-klepto-in teman kosan atau saudara sendiri, kan? Very well, kalian gak akan bisa ambil baju baru kalo gak buka lemari. Satu langkah menuju inti.

Sekarang, gimana kalo kalian kehilangan kunci? Biasanya bagi kalian yang secure dan ingin aman tentram dari pelaku pencurian celana dalam akan selalu mengunci apapun yang seharusnya tidak menjadi milik orang lain. Misal, ngunci pintu rumah. Jelas lah, kalo gak di kunci mungkin kolor lo bisa ilang dan gak jadi nge-date sama cewek impian. Atau mungkin lo merasa aman karena punya banyak kolor cadangan namun lupa ngunci pintu mobil. So what? Bisa jadi malapetaka karena lo gak memastikan gak ada yang bisa masuk ketika lo lagi ciu*an sama sang cewek impian.

Yaaaa, intinya sih banyak lah macem macem hal yang perlu dikunci. Semua dilakukan agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak menjadi sebuah kenyataan. Tapi sebenernya kunci itu apa sih?

Kunci ya kunci. Lempengan besi tipis dan agak panjang dikit lalu bergerigi. Bahasa lainnya mungkin dotted, ada yang familiar? Semoga tidak. Nah, menurut gue bagian paling penting dari kunci ini adalah gerigi nya itu. Tanpa gerigi, harimau ompong (Itu gigi, benga!). Tapi bener loh, tanpa gerigi tersebut tentunya kunci gak akan bisa ‘gigit’. Pernah coba bikin duplikat kunci tiga-rebu-perak? Jangan deh. Asli. Yang ada gembok gue rusak karena kunci nya gak bisa copot setelah ngunci pagar rumah.

Sebenarnya bukan maksud gue mendiskreditkan jasa tukang kunci murahan tersebut, tapi gue harap gak ada lagi tukang kunci yang memberlakukan tarif murah namun menurunkan ketelitian dan kerapihan kerjanya, sehingga gerigi-gerigi kunci menjadi gingsul sehingga bisa masuk tapi gak bisa ngunyah. Bahaya tuh, sob!

Ketelitian setiap pengerjaan duplikat kunci menurut saya sebuah karya seni yang tidak murahan. Kunci yang lo pakai bisa aja dipakai buat menyembunyikan iPhone 5 lo yang lagi di charge dari serbuan keponakan-keponakan cilik, pencurian celana boxer Top Man yang baru dipake dua minggu, atau mungkin laptop murahan yang isinya draft skripsi lo, dan lo belum buat satupun back-up nya di belahan dunia manapun. Lo bayangin dua-belas-rebu-perak jasa tukang duplikat kunci di ujung komplek rumah lo itu, berharga kan? Dan yang berharga dari itu semua cuma satu: lekukannya.

Semua kunci belok-belok memiliki lekukan yang sesuai dengan lubang pasangannya. Setitik nila merusak susu sebelanga. Setetes baygon dapat membuat Anda tak bernyawa. Itulah mengapa detail itu penting untuk menjawab sebuah masalah yang ada. Bukan sekedar harga yang tertera, karena selisih sembilan-ribu-perak sangatlah tak ternilai harganya kalo lo harus kehilangan waktu untuk sesuatu yang di balik pintu.

Akhir kata gue mau berpesan bahwa walau babeh lo bilang, “Jalani hidup itu yang lurus-lurus aja ya, Nak!” kenyataannya gak ada kunci yang lurus. Semua punya tingkat ke-sexy-an yang berbeda-beda dengan lubang pasangan yang berbeda-beda pula. Jadi jangan remehkan selisih walau hanya satu derajat, karena setelah berjalan sekian kilometer, lo bisa ukur seberapa jauh selisih yang terjadi (pake Pythagoras, ya!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar