Kayaknya gak ada
di dunia ini yang gak pernah liat
pintu. Pintu, lapisan awal dari sebuah sesuatu yang bisa berupa apa saja. Boleh
jadi tempat, kamar, ruangan, garasi, gerbang, sampe hati. Pintu menjadi sebuah
kunci, dan terkadang emang punya
lubang kunci untuk menggunakannya. Ada sih
yang gak ada lubangnya, tapi pada
intinya tetap saja pintu menjadi ‘lapisan awal’.
Kalo mau masuk
kamar pasti buka pintu, soalnya kalo lewat jendela nanti dikira maling. Kalo
habis mandi lalu mau ganti baju, biasanya buka pintu lemari. Buat yang satu ini
gue yakin banget kalo lemari lo semua
pasti ada pintunya. Gak ada yang suka
baju atau celana lo di-klepto-in teman kosan atau saudara sendiri, kan? Very well, kalian gak
akan bisa ambil baju baru kalo gak
buka lemari. Satu langkah menuju inti.
Sekarang, gimana kalo
kalian kehilangan kunci? Biasanya bagi kalian yang secure dan ingin aman tentram dari pelaku pencurian celana dalam
akan selalu mengunci apapun yang seharusnya tidak menjadi milik orang lain.
Misal, ngunci pintu rumah. Jelas lah,
kalo gak di kunci mungkin kolor lo
bisa ilang dan gak jadi nge-date sama cewek impian. Atau mungkin
lo merasa aman karena punya banyak
kolor cadangan namun lupa ngunci pintu
mobil. So what? Bisa jadi malapetaka
karena lo gak memastikan gak ada yang bisa masuk ketika lo lagi
ciu*an sama sang cewek impian.
Yaaaa, intinya sih
banyak lah macem macem hal yang perlu
dikunci. Semua dilakukan agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak menjadi
sebuah kenyataan. Tapi sebenernya kunci itu apa sih?
Kunci ya kunci. Lempengan besi tipis dan agak panjang dikit
lalu bergerigi. Bahasa lainnya mungkin dotted,
ada yang familiar? Semoga tidak. Nah, menurut gue bagian paling penting dari
kunci ini adalah gerigi nya itu. Tanpa gerigi, harimau ompong (Itu gigi,
benga!). Tapi bener loh, tanpa gerigi tersebut tentunya kunci gak akan bisa ‘gigit’.
Pernah coba bikin duplikat kunci tiga-rebu-perak? Jangan deh. Asli. Yang ada gembok
gue rusak karena kunci nya gak bisa copot setelah ngunci
pagar rumah.
Sebenarnya bukan maksud gue
mendiskreditkan jasa tukang kunci murahan tersebut, tapi gue harap gak ada lagi tukang kunci yang
memberlakukan tarif murah namun menurunkan ketelitian dan kerapihan kerjanya,
sehingga gerigi-gerigi kunci menjadi gingsul
sehingga bisa masuk tapi gak bisa ngunyah. Bahaya tuh, sob!
Ketelitian setiap pengerjaan duplikat kunci menurut saya
sebuah karya seni yang tidak murahan. Kunci yang lo pakai bisa aja dipakai buat
menyembunyikan iPhone 5 lo yang lagi di charge
dari serbuan keponakan-keponakan cilik, pencurian celana boxer Top Man yang baru dipake dua minggu,
atau mungkin laptop murahan yang isinya draft
skripsi lo, dan lo belum buat satupun back-up nya di belahan dunia manapun. Lo
bayangin dua-belas-rebu-perak jasa tukang duplikat kunci di
ujung komplek rumah lo itu, berharga kan? Dan yang berharga dari itu semua cuma
satu: lekukannya.
Semua kunci belok-belok memiliki lekukan yang sesuai dengan
lubang pasangannya. Setitik nila merusak susu sebelanga. Setetes baygon dapat
membuat Anda tak bernyawa. Itulah mengapa detail itu penting untuk menjawab
sebuah masalah yang ada. Bukan sekedar harga yang tertera, karena selisih sembilan-ribu-perak
sangatlah tak ternilai harganya kalo lo
harus kehilangan waktu untuk sesuatu yang di balik pintu.
Akhir kata gue mau berpesan bahwa walau babeh lo bilang, “Jalani hidup itu yang lurus-lurus
aja ya, Nak!” kenyataannya gak ada kunci yang lurus. Semua punya tingkat ke-sexy-an yang berbeda-beda dengan lubang
pasangan yang berbeda-beda pula. Jadi jangan remehkan selisih walau hanya satu
derajat, karena setelah berjalan sekian kilometer, lo bisa ukur seberapa jauh selisih yang terjadi (pake Pythagoras, ya!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar